Isi Tritura dan Latar Belakang Tritura (Tri Tuntutan Hati Nurani Rakyat) 1966

Tritura


tritura. tri tutuntan rakyat. tri tuntutan hati nurani rakyat. isi tritura. latar belakang tritura. organisasi KAMI. anggota KAMI. Kabinet 100 menteri.

Lahirnya pemerintahan Orde Baru tidak dapat dilepaskan dengan kondisi sosial politik pada waktu itu. Pascapenumpasan G-30-S/PKI, pemerintah belum berhasil melakukan penyelesaian politik terhadap peristiwa G-30-S/PKI. Kondisi tersebut membuat situasi politik menjadi tidak stabil. Pada tanggal 25 Oktober 1965 di Jakarta, para mahasiswa pembentuk organiasi federasi yang dinamakan KAMI. KAMI dipimpin oleh Zamroni Dan  PMII. Adapun anggota KAMI antara lain HMI, PMKRI, dan GMNI. Dalam transisi pemerintahan yang terjadi pada masa itu, peran para pemuda dan mahasiswa sangat penting. Tokoh tersebut seperti Abdul Ghafur, Cosmas Batubara, Subhan ZE, Hari Tjan Silalahi, dan Sulostomo menjadi penggerak aksi-aksi yang menuntut Presiden Soekarno agar segera menyelesaikan kemelutan politik pada waktu itu.
Adanya peristiwa G-30-S/PKI telah menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia. Keamanan dan keadaan politik Negara menjadi kacau, perekonomian memburuk, sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan bahan pokok menyebabkan  timbulnya keresahan dalam masyarakat. Kemudian muncul gerakan yang dipelopori oleh kesatuan aksi pemuda-pemuda, mahasiswa, dan pelajar (KAPPI, KAMI, KAPI). Selain itu juga muncul KABI (buruh), KASI (sarjana), KAWI (wanita), KAGI (guru) dan kesatuan aksi lainnya. Kesatuan-kesatuan aksi tersebut dengan gigih menuntut penyelesaian politis terhadap para pelaku dan orang-orang yang terlibat G-30-S/PKI. Pada tanggal 26 Oktober 1965 berbagai kesatuan aksi tersebut merapatkan barisan dalam satu front yaitu Front Pancasila.
Situasi yang tidak menentu dari keadaan ekonomi yang semakin memburuk mendorong para pemuda dan mahasiswa mengajukan tri tuntutan hati nurani rakyat yang lebih dikenal dengan nama tritura. Dengan dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan  aksi yang bergabung dalam Front Pancasila pada tanggal 12 Januari 1966 mendatangi DPR GR dan mengajukan tiga tuntutan. Tiga tuntutan tersebut adalah pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya, pembersihan kabinet dari unsur-unsur PKI, dan penurunan harga/perbaikan ekonomi.
Tuntutan rakyat agar presiden membubarkan PKI tidak dipenuhi. Untuk menenangkan rakyat, Presiden Soekarno mengadakan perubahan Kabinet Dwikora menjadi kabinet 100 Menteri. Perubahan tersebut belum memuaskan hati rayat karena di dalam kabinet tersebut masih ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa G-30-S/PKI.
Pada tanggal 24 Februari 1966 waktu pelantikan Kabinet 100 Menteri, para mahasiswa, pelajar, dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju ke Istana Merdeka. Namun aksi tersebut dihadang oleh pasukan Cakrabirawa dan terjadilah bentrokan antara pasukan Cakrabirawa dan para demonstran. Dalam peristiwa tersebut gugur Arief Rahman Hakim, seorang mahasiswa dari Universitas Indonesia. Akibat dari peristiwa tersebut keesokan harinya, tanggal 25 Februari 1966 berdasarkan keputusan Panglima KOmando Ganyang Malaysia (KOgam) yaitu Presiden Soekarno, KAMI dibubarkan.
Keputusan membubarkan KAMI tersebut oleh mahasiswa Bandung dibalas  dengan mengeluarkan “Ikrar Keadilan dan Kebenaran” yang memprotes pembubaran KAMI dan mengajak rakyat untuk meneruskan perjuangan. Perjuangan dilanjutkan dengan munculnya Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) dan mahasiswa membentuk Resimen Arief Rahman Hakim.
Protes pembubaran KAMI tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa Bandung, tetapi juga dilakukan oleh Front Pancasila. Front Pancasila meminta pemerintah agar meninjau kembali pembubaran KAMI.
Pada tanggal 8 Maret 1966 para pelajar dan mahasiswa melakukan demontrasi dan mengobarik-abrik gedung Departemen Luar Negeri dan membakar Kantor Berita Republik Rakyat Cina (RRC), Hsin Hua. Adanya aksi tersebut membuat presiden Soekarno mengeluarkan perintah harian supaya seluruh komponen bangsa waspada terhadap usaha-usaha “membelokkan jalannya revolusi kita ke kanan” dan supaya siap sedia untuk menghancurkan setia usaha yang langsung maupun tidak langsung yang bertujuan merongrong kepemimpinan, kewibawaan, dan kebijaksanaan presiden.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »