Makalah Agama Tentang Wakaf Lengkap dan Tebaru Tahun Ajaran 2013 (kurtilas)

Makalah Agama Tentang Wakaf

makalah agam tentang wakaf lengka dan terbaru tahun ajaran 2013 (kurtilas). wakaf. pengertian wakaf. hukum wakaf. syarat-syarat wakaf. macam-macam wakaf. peraturan mengenai wakaf di indonesia. regulasi perwakafan di indonesia. benda tidak bergerak yang dapat diwakafkan. benda bergerak yang dapat diwakafkan. unsur-unsur wakaf. wakif. nadzir. tugas nadzir. tata cara perwakafan tanah. wakaf benda bergerak selain uang. makalah wakaf lengkap. makalah wakaf. makalah agama islam bab wakaf.

Kata Pengantar



Misi utama pengutusan Nabi adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. Ini dibuktikan dalam stuktur gramatikal yang ditunjukan sifat eksklusif pengutusan Nabi. Sejalan dengan itu, dijelaskan Al-Qur’an bahwa beliau diutus hanyalah untuk menebarkan kasih sayang kepada semesta alam. Dalam struktur ajaran Islam, pendidikan akhlak adalah yang terpenting. Penguatan akidah adalah dasar. Sementara, ibadah adalah sarana, sedangkan tujuan akhirnya adalah pengembangan akhlak mulia. Nabi SAW bersabda, “Mukmin yang paing sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” HR. Abu Daud dan Imam Ahmad. Nabi SAW juga bersabda, “ Orang yang paling baik islamnya adalah yang paling baik akhlaknya” dengan kata lain, hanya kahlak mulia yang dipenuhi dengan sifat kasih sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan kebaikan ibadah.

Karena itu, pelajaran agama islam diorientasikan kepada akhlak yang mulia dan hanya penuh kasih sayang kepada sesama muslim, melainkan kepada semua manusia, bahkan kepada segenap unsur alam semesta. Hal ini selaras dengan kurikulum 2013 yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi yang utuh antar pengetahuan, keterampilan dan sikap.  Peserta didik tidak hanya diharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannya, tetapi juga meningkat kecakapan dan keterampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribdiannya.


Bandung, 19 Februari 2015

Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................
Daftar Isi ..............................................................................................
Pendahuluan .........................................................................................

Wakaf
          Pengertian Wakaf ....................................................................................
Hukum Wakaf..........................................................................................
Syarat Wakaf............................................................................................
                 Macam-macam Wakaf............................................................................
                 Data Ketika Menabung.............................................................................
                 Kesimpulan............................................................................................
Daftar Pusaka.........................................................................................
Penutup..................................................................................................

Pendahuluan

       Wakaf merupakan salah satu ibadah kebendaan yang penting yang secara ekplisit tidak memiliki rujukan dalam kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, ulama telah melakukan identifikasi untuk mencari “induk kata” sebagai sandaran hukum. Hasil identifikasi mereka juga akhirnya melahirkan ragam nomenklatur wakaf yang dijelaskan pada bagian berikut.
       Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit dalam al-Quran dan sunah. Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf merupakan bagian dari perintah untuk melakukan al-khayr (secara harfiah berarti kebaikan). Dasarnya adalah firman Allah berikut :
وافعلوا الخير لعلكم تفلحون
...dan berbuatlah kebajikan agar kamu memperoleh kemenangan”
Imam Al-Baghawi menafsirkan bahwa peerintah untuk melakukan al-khayr berarti perintah untuk melakukan silaturahmi, dan berakhlak yangbaik.     SementaraTaqiy al-Din Abi Bakr Ibn Muhammad al-Husaini al-Dimasqi menafsirkan bahwa perintah untuk melakukan al-khayr berarti perintah untuk melakukan wakaf. Penafsiran menurut al-Dimasqi tersebut relevan (munasabah) dengan firman Allah tentang wasiyat.

كتب عليكم ادا حضر احدكم الموت ان ترك خير الوصية للوالدين والاقربين  بالمعروف حقا على المتقون

              “Kamu diwajibkan berwasiat apabila sudah didatangi (tanda-tanda) kematian dan jika kamu meninggalkan harta yang banyak untuk ibu bapak dan karib kerabat dengan acara yang ma’ruf; (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang takwa.”
                     Dalam ayat tentang wasiat, kata al-khayr diartikan dengan harta benda. Oleh karena itu, perintah melakukan al-khayr berarti perintah untuk melakukan ibadah bendawi. Dengan demikian, wakaf sebagai konsep ibadah kebendaan berakar pada al-khayr. Allah memerintahkan manusia untuk mengerjakannya.

Wakaf

Pengertian wakaf

Dalil Tentang Wakaf A. Menurut Al-Quran Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang menerangkan konsep wakaf secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada keumuman ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Di antara ayat-ayat tersebut antara lain: 1. Q.S. al-Baqarah (2): 267 “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Walaupun tidak dijelaskan secara jelas, namun ada beberapa nash al-Qur’an dan Hadits yang menjadi dasar hukum wakaf, yaitu ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi yang memerintahkan agar manusia selalu berbuat kebaikan, sedangkan wakaf termasuk salah satu perbuatan yang baik lagi terpuji. Dari beberapa ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum adalah:

لَنْ تَنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون وما تنفقوا من شئ فإن الله به عليم (ال عمران: 92)

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.[1] (QS. Ali-Imran/3: 92)

ياأيها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما كسبتم ومما أخرجنا لكم من الأرض ……(البقرة:267)

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu………”.[2] (QS. Al-Baqarah/2: 267)

……
وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان واتقوا الله إن الله شديد العقاب (المائدة: 2)

“……… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.[3] (QS. Al-Maidah/5: 2)

Sedangkan hadits Nabi yang dapat dijadikan dasar hukum wakaf adalah:

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: أصاب عمر أرضا بخيبر فأتى النبي صلى الله عليه وسلم يستأمر فيها فقال: يارسول الله أصبت أرضا بخيبر لم أصب مضالا قط هو أنفس عندي منه فما تأمرني به. فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم, إن شْئت حبست أصلها وتصدقت بها فتصدق بها عمر, أنها لاتباع ولاتوهب ولاتورث. قال وتصدق بها فى الفقراء وفى القربى وفى الرقاب وفى سبيل الله وابن السبيل والضيف لاجناح على من وليها أن يأكل منها بالمعروف ويطعم غير متمول مالا(متفق عليه) واللفظ لمسلم وفي رواية للبخاري: تصدق بأصلها لايباع ولايوهب ولكن ينفق ثمره.

“Dari Ibnu Umar RA. berkata, bahwa sahabat Umar RA memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah untuk mohon petunjuk. Umar berkata: Ya Rasulullah! Saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku? Rasulullah bersabda: bila kau suka, kau tahan tanah itu dan engkau shodaqohkan. Kemudian Umar melakukan shodaqah, tidak dijual, tidak diwarisi dan tidak juga dihibahkan. Berkata Ibnu Umar: Umar menyedekahkan kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara yang baik dengan tidak bermaksud menumpuk harta” (Muttafaq ‘Alaih) susunan matan tersebut menurut riwayat Muslim. Dalam riwayat al-Bukhari: Beliau sedekahkan pokoknya, tidak dijual dan tidak dihibahkan, tetapi diinfakkan hasilnya.[4]

Itulah antara lain beberapa dalil yang menjadi dasar hukum disyaria’tkannya wakaf dalam syari’at Islam dan kalau kita lihat dari beberapa dalil tersebut, sesungguhnya melaksanakan wakaf bagi seorang muslim merupakan realisasi ibadat kepada Allah SWT melalui harta benda yang dimilikinya, yaitu dengan melepaskan benda tersebut untuk kepentingan orang lain.

Sedangkan pengertian wakaf menurut syara’/istilah itu sendiri dapat dikemukakan dalam beberapa pengertian, sebagai berikut:

“Wakaf menurut syara’ yaitu menahan dzat benda dan mempergunakan hasilnaya, yakni menahan benda dan mempergunakan manfa’atnya di jalan Allah”.[5]

Selanjutnya pengertian wakaf yang diberikan oleh para ulama fikih adalah sebagai berikut:[6]

Pengertian pertama menurut Abu Hanifah: wakaf adalah menahan sesuatu benda yang menurut hukum tetap menjadi milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfa’atnya untuk kebaikan.

Pengertian kedua menurut Jumhur Ulama: wakaf adalah menahan suatu benda yang mungkin diambil manfa’atnya, sedang bendanya tidak tertanggu dan dengan wakaf itu hak penggunaan oleh si wakif dan orang lain menjadi terputus.

Sedangkan pengertian ketiga menurut Malikiyah; wakaf adalah perbuatan si Wakif yang menjadikan manfa’at hartanya untuk digunakan oleh penerima wakaf walaupun yang dimiliki itu berbentuk upah atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lapadh wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan keinginan pemilik.

Dari beberapa pegertian di atas dapatlah disimpukan bahwa pengertian wakaf kalau dilihat dari perbuatan orang yang mewakafkan yaitu suatu perbuatan hukum dari seseorang yang dengan sengaja mengeluarkan harta bendanya untuk digunakan manfaatnya bagi kepentingan umum dan bertujuan untuk mendapatkan ridla dari Allah SWT.


Hukum Wakaf

Secara asal menurut definisi wakaf yang telah lalu para ulama mengatakan bahwa asal hukum wakaf adalah sunnah/ dianjurkan, dengan dasar hadits-hadits yang berkaitan dengan wakaf, seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Apabila mati anak Adam, terputuslah amalannya kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, atau ilmu yang bisa dimanfaatkan (setelahnya), atau anak shalih yang mendo’akan orang tuanya. (HR. Muslim kitab al-Wasiyat 3/1255, Tirmidzi dalam bab fi al-Waqf, Abu Dawud 2/106, dan Ahmad dalam Musnad-nya 2/372)

Hadits di atas dalam lafazh “shadaqah jariyah” sifatnya umum mencakup segala shadaqah yang manfaatnya terus berjalan seperti wakaf, wasiat, sedekah., dan sebagainya. Adapun dalam masalah wakaf ada beberapa dalil yang berkaitan dengannya secara khusus seperti hadits:

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah mendapatkan (harta rampasan perang berupa) tanah di negeri Khaibar kemudian Umar radhiyallahu ‘anhu, datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta pendapat beliau tentang harta tersebut. Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya: “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mendapatkan harta rampasan perang yang belum pernah aku dapatkan yang lebih berharga daripada tanah di negeri Khaibar ini, maka apa yang engkau perintahkan kepadaku dalam perkara ini?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Kalau engkau mau, engkau wakafkan tanah itu, dan engkau sedekahkan (manfaat/kegunaan) tanah itu, sehingga tidak boleh dijual (tanah) itu, tidak boleh dibeli (oleh orang lain), tidak boleh dihibahkan, dan tidak boleh diwariskan.”[5]
Dengan dasar hadits-hadits di atas maka kita mengetahui bahwa hukum asal wakaf adalah sunnah apabila dengan niat mencari pahala dari Alloh Ta’ala. Akan tetapi suatu ketika wakaf hukumnya bisa berubah sesuai dengan niatnya, karena setiap amalan tergantung pada niatnya.
Sebagai contoh:
  • Seorang yang mewakafkan tanahnya dengan maksud supaya mendapatkan pujian manusia maka hukum wakafnya menjadi haram, karena ini termasuk riya’ yang diharamkan dalam Islam.
Seorang yang bernadzar mewakafkan sebagian hartanya di jalan Alloh, maka hukum wakafnya    menjadi    wajib, karena ini termasuk nadzar sebuah ketaatan, dan nadzar ketaatan wajib dilaksanakan.

Syarat Wakaf

Adapun syarat-syarat wakaf adalah sebagai berikut:

               1.      Untuk selama-lamanya

Wakaf untuk selama-lamanya merupakan syarat sahnya amalan wakaf, tidak sah bila dibatasi dengan waktu tertentu. Hal ini disepakati oleh para ulama, kecuali madzhab Maliki. Hal ini berlaku pula bagi wakaf ahli. Pada wakaf ahli jika pada suatu waktu orang yang ditetapkan mengambil hasil atau manfaat harta wakaf telah tiada, maka harta wakaf itu digunakan untuk kepentingan umum.

               2.      Tidak boleh dicabut

Bila terjadi suatu wakaf dan wakaf itu telah sah, maka pernyataan wakaf itu tidak boleh dicabut. Wakaf yang dinyatakan dengan perantara wasiat, maka pelaksanaannya dilakukan setelah waqif meninggal dunia dan wasiat wakaf itu tidak seorangpun yang boleh mencabutnya.

               3.      Pemilik wakaf tidak boleh dipindah tangankan

Dengan terjadinya wakaf, maka sejak itu harta wakaf itu telah menjadi milik Allah SWT. pemilikan itu tidak boleh dipindah tangankan kepada siapapun, baik orang, badan hukum atau negara. Negara ikut mengawasi apakah harta wakaf dapat dimanfaatkan dengan baik atau tidak dan negara juga berkewajiban melindungi harta wakaf itu.

                4.      Setiap wakaf harus sesuai dengan tujuan wakaf pada umumnya

Tidak sah wakaf bila tujuannya tidak sesuai apalagi bertentangan dengan ajaran agama Islam. Bila waqiif telah selesai mengucapkan ikrar wakafnya, maka pada saat itu wakaf telah terlaksana. Agar adanya kepastian hukum adalah baik bila wakaf itu dilengkapi dengan alat-alat bukti, seperti surat-surat dan sebagainya. Pada saat itu pula harta yang diwakafkan itu telah diserahkan kepada pengelolanya (nazir), dan sejak itu pula pemilik harta tidak berhak lagi atas harta yang telah diwakafkannya itu.


Macam-macam Wakaf

Menurut jumhur ulama wakaf terbagi menjadi dua :
1.         Wakaf Dzurri (keluarga) disebut juga wakaf khusus dan ahli ialah wakaf yang ditujukan untuk orang-orang tertentu baik keluarga wakif atau orang lain. Wakaf ini sah dan berhak untuk menikmati benda wakaf itu adalah orang-orang tertentu saja. Wakaf ahli ini adalah wakaf yang sah dan telah dilaksanakan oleh kaum muslimin. Yang berhak mengambil manfaat wakaf ahli ialah orang-orang yang tersebut dalam shighat wakaf. Persoalan yang biasa timbul kemudian hari pada wakaf ahli ini, ialah bila orang yang tersebut dalam shighat wakaf itu telah meninggal dunia, atau ia tidak berketurunan jika dinyatakan bahwa keturunannya berhak mengambil manfaat wakaf itu, atau orang tersebut tidak mengelola atau mengambil manfaat harta wakaf itu.

2.         Wakaf Khairi yaitu wakaf yang ditujukan untuk kepentingan umum dan tidak dikhususkan kepada orang-orang tertentu. Wakaf khairi inilah wakaf yang hakiki yang dinyatakan pahalanya akan terus mengalir hingga wakif itu meninggal dengan catatan benda itu masih dapat diambil manfaatnya. Wakaf khairi ini perlu digalakkan dan dianjurkan kaum muslimin melakukannya, karena ia dapat dijadikan modal, untuk menegakkan agama Allah, membina sarana keagamaan, membangun sekolah, menolong fakir miskin, anak yatim, orang terlantar dan sebagainya. Wakaf khairi ini adalah wakaf yang pahalanya terus-menerus mengalir dan diperoleh waqif sekalipun ia telah meninggal dunia nantinya.
Di Indonesia, wakaf khairi inilah yang terkenal dan banyak dilakukan kaum muslimin. Hanya saja umat Islam Indonesia belum mampu mengelolanya secara baik sehingga harta wakaf itu dapat diambil manfaatnya secara maksimal.


1.       Wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi yang perlu dikelola secara efektif dan efisien untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
2.       Wakaf merupakan perbuatan hukum  yang telah lama hidup dan dilaksanakan dalam masyarakat.


Regulasi Perwakafan di Indonesia

1.       Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2.       Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tantang Wakaf
3.       Peraturan pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004
4.       Peraturan pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik[22]


Benda Tidak Bergerak yang Dapat Diwakafkan

1.      Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar.
2.      Bangunan atau bagian bangunan  yang berdiri di atas tanah dan atau bangunan.
3.      Tanaman dan beda lain yang berkaitan dengan tanah
4.      Hal milik atas satuan rumah sesuai dengan peraturan perundag-undangan yang berlaku.
5.      Benda tidak bergerak lain yang sesuai dengan sejarah dan peraturan perundang-unagan.


   Benda Bergerak yang dapat Diwakafkan

1.      Uang Rupiah
2.       Logam Mulia
3.      Surat Berharga
4.      Benda bergerak lain yang berlaku
5.      Kendaraan
6.      Hak atas kekayaan intelektual
7.      Hak sewa sesuai ketentuan syariah dan peraturan perunda-undanga yang berlaku.

E.      Unsur-Unsur Wakaf

1.      Wakif
2.      Nadzir
3.      Harta Benda Wakaf
4.      Peruntukan Wakaf
5.      Jangka Waktu Wakaf
6.      Sighat Wakaf/Akad


 W a k I f

1.      Wakif perseorangan (dewasa, sehat, dan cakap)        Organisasi (Pengurus memenuhi syarat sebagai wakif perseorangan, bergerak dalam bidang sosial/pendidikan/kemasyarakatan/keagamaan Islam.
2.      Badan Hukum (Pengurus memenuhi syarat sebagai wakif perseorangan, Badan Hukum sah, bergerak dalam bidang sosial/pendidikan/keagamaan Islam dan kemasyarakatan
3.      Pemilik sah harta benda yang akan diwakafkan.


   N a d z I r

1.      Nadzir Perorangan (dewasa, sehata, cakap).
2.      Organisasi (Pengurus memenuhi syarat sebagai Nadzir perseorangan, bergerrak dalam bidang sosial/pemdidikan/kemasyarakatan/keagamaan Islam.
3.      Badan Hukum (Pengurus memenuhi syarat sebagai Nadzir perseorangan, Badan Hukum sah, bergerak dalam bidang sosial/ pendidikan/kemasyarakatan /keagamaan Islam.
4.      Terdaftar di BWI dan Kemenag (Pendaftaran dapat dilaksanakan setelah proses wakaf bagi nadzir baru.


     Tugas Nadzir

1.      Pengadministrasian
2.      Mengelola dan mengembangkan harta wakaf sesuai tujuan
3.      Mengawasi proses pengelolaan
4.      Melaporkan hasil pengelolaan kepada BW) dan Kemenag.
Nadzir dapat memperoleh imbalan maksimal 10 % dari hasil pengelolaan.


 Tata Cara Perwakafan Tanah Milik

1.      Calon Wakif menyerahkan bukti kepemilikan tanah yang akan diwakafkan berupa sertifikat, Keterangan tidak sengketa Pendaftaran tanah, Keterangan Bupati tentang kesesuaian Master Plan untuk diteliti PPAIW.
2.      PPAIW melakukan pemeriksaan terhadap Nazir.
3.      Wakif menyatakan Ikrar Wakaf dihadapan PPAIW dengan dihadiri Wakif dan 2 orang saksi bermaterai cukup
4.      PPAIW menuangan Ikrar Wakaf alam bentuk tertulis
5.      PPAIW menuangkan membuat AIW ditandatangani Wakif, Nazir, Saksi dan PPAIW.
6.      AIW diserahkan kepada Nazir beserta dokumen tanah.
7.      PPAIW menerbitkan pendaftaran wakaf dan mendaftarkan kepada BWI dan Menteria Agama dengan tembusan Kemenag dan Kanwil Kemenag Provinsi.
8.      PPAIW memberikan bukti pendaftaran harta wakaf kepada Nazir.
9.      Nazir mengurus sertifikat tanah wakaf ke BPN.
10.  Terbit Sertifikat Tanah Wakaf.


  Wakaf Benda Bergerak Selain Uang

1.      Calon Wakif menyerahkan dokumen bukti kepemilikan hata benda wakaf (jika ada)
2.      PPAIW melakukan pemeriksaan Nazhir.
3.      Wakif menyatakan Ikrar Wakaf di hadapan PPAIW dengan dihadiri Wakif dan dua oang saksi.
4.      PPAIW menuangkan Ikrara Wakaf dalam bentuk tertulis
5.      PPAIW membuat AIW ditandatangani Wakif, Nazhir, saksi, PPAIW bermaterai cukup.
6.      AIW disrahkan kepada Nazhir beserta Harta Wakaf.
7.      PPAIW mendaftarkan Benda Wakaf kepada BWI dan Menag dengan tembusan Kemenag dan Kanwil Kemenag Provinsi.
8.      Nazhir mengurus pengalihan bukti kepemilikan kepada Instansi terkait.
9.      Terbit bukti kepemilikan Harta Benda Wakaf.

Data Ketika Menabung

D-M-Y
JUMLAH UANG
18-01-2015
3000
19-01-2015
2000
21-01-2015
3000
22-01-2015
3000
23-01-2015
2000
24-01-2015
1000
25-01-2015
1100
28-01-2015
2000
30-01-2015
2000
03-02-2015
2000
04-02-2015
2000
08-02-2015
2000
09-02-2015
1000
11-02-2015
1000
12-02-2015
1000
13-02-2015
2000
                         JUMLAH                                                       Rp 30.100,00
Setelah uang tersebut terkumpul, saya membelikan sarung sebagai barang yang akan diwakafkan, saya mewakafkan sarung tersebut di daerah Bukit Berlian yaitu Masjid Babusalam, wakaf  tersebut diterima oleh Ustd Hayat.

Kesimpulan

Wakaf adalah menahan benda yang tidak mudah rusak (musnah) untuk diambil manfaatnya bagi kepentingan yang dibenarkan oleh syara dengan tujuan memperoleh pahala dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Menurut jumhur ulama boleh menghibahkan apa saja kecuali yang tidak halal seperti anjing tidak boleh dimiliki.
Rukun dan syarat wakaf meliputi:                                           
1.      Ada orang yang berwakaf (wakif)
2.      Ada benda yang diwakafkan (maukuf)
3.      Tujuan wakaf (Maukuf alaihi)
4.      Pernyataan wakaf (Shigat wakaf)
Wakaf terbagi menjadi dua:
1.      Wakaf Dzurri (keluarga) disebut juga wakaf khusus dan wakaf  ahli ialah wakaf yang ditujukan untuk orangorang tertentu baik keluarga wakif atau orang lain.
2.       Wakaf khairi yaitu wakaf yang ditujukan untuk kepentingan umum dan tidak dikhususkan kepada orang-orang tetentu. Wakaf khairi inilah wakaf yang hakiki yang dinyatakan pahalanya akan terus mengalir hingga wakif itu meninggal dengan catatan benda itu masih dapat diambil manfaatnya.

 Daftar Pustaka



Suhendi, Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.
Basyir, Ahmad Azhar , Utang Piutang dan Gadai, Bandung: Al-Maarif, 1983.
Al-K         Khatib, M. Al-Syarbini, al-Iqna fi al-Hall al-Alfadz Abi Syuza’, Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub, tt.
Ghazaly,    Rahman Abdul, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
 Al-           Khatib, M. Al-Syarbini, al-Iqna fi al-Hall al-Alfadz Abi Syuza’, Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub.
Sabiq, Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Beirut: Dar al-fikr, 2006.
Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayat al-Akhyar, ter. KH. Anwar, Syarifuddin, Surabaya: Bijna Iman, 2007.



Penutup


          Alhamdullilah puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena kita telah menyelasaikan pelajaran bab tentang wakaf yang daripada itu kita bisa belajar tatacara mewakafkan, syarat wakaf, barang atau benda yang dapat diwakafkan. Penyajian materi wakaf dibuat sedemikian rupa agar mudah dipelajari dan dipahami oleh peserta didik. Sistematika penyusun dilakukan secara terintegrasi ke dalam setiap bab wakaf yang ada di makalah ini.

                                                              
                                                                                                Bandung, 19 Februari 2015







Share this

Related Posts

Previous
Next Post »