Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi pada Masa Orde Baru Tahun Ajaran 2013



Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi pada Masa Orde Baru

      
dampak kebijakan politik dan ekonomi pada masa orde baru. dampak kebijakan politik dan ekonomi masa orde baru ppt. dampak positif dan negatif orde baru dalam bidang sosial. penyederhanaan politik setelah pemilu 1971 didasarkan kesamaan. jelaskan dampak positif dan negatif kebijakan politik dan ekonomi masa orde baru. jelaskan dampak kebijakan politik dan ekonomi pemerintahan orde baru. dampak kebijakan orde baru terhadap perkembangan politik dan ekonomi global. dampak ekonomi dan politik pemerintahan orde baru. kasus penyimpangan dari kebijakan politik ekonomi pemerintahan orde baru.
    
          Tahukah kalian, apa dampak dari adanya kebijakan-kebijakan politik dan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru? Secara umum pendekatan keamanan yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru dalam menegakkan stabilitas nasional memang berhasil menciptakan suasana yang aman bagi masyarakat. Pembangunan ekonomi berjalan baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan baik. Bangsa Indonesia berhasil mengubah status dari Negara pengimpor bera menjadi bangsa yang bisa memenuhi kebutuhan beras sendiri. Berikut akan saya bahas materi tentang dampak kebijakan politik ekonomi pada masa Orde Baru.

Kebijakan politik dan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru memberikan beberapa dampak di bidang ekonomi dan politik. Berikut adalah dampak kebijakan pemerintah Orde Baru dalam bidang politik.

I.                    Pemerintah Orde Baru cenderung bersifat otoriter
II.                  Presiden mempunyai kekuasan yang sangat besar dalam mengatur jalannya pemerintahan
III.                Peran Negara menadi semakin kuat yang menyebabkan timbulnya pemerintahan yang sentralistis. Pemerintahan sentralistis ditandai dengan adanya pemusatan penentuan kebijakan ublik pada pemerinta pusat. Pemerintah daerah diberi peluang sangat kecil untuk mengatur pemerintahan dan mengelola anggaran daerahnya sendiri. Keotoriteran merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara termasuk kehidupan politik.

Pemerintah Orde Baru  dinlai gagal memberikan pelajaran demokrasi. Golkar dianggap menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara dua partai yang lain hanya sebagai alat pendamping agar tercipta citra sebagai Negara demokrasi. Sistem perwakilan bersifat semu. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.

Walaupun dalam pembangunan ekonomi pemerintahan Orde Baru menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, tetapi ada dampak negatifnya. Dampak negatif tersebut disebabkan oleh kebjakan Orde Baru yang teralu memfokuskan/mengejar pada pertumbuhan ekonomi, yang berdampak buruk bagi terbentuknya mentalitas dan budaya korupsi para pejabat di Indonesia. Distribusi hasil pembangunan dan pemanfataan dana untuk pembangunan tidak dibarengi dengan kontrol yang efektif dari pemerintah  terhadap aliran dan tersebut.  Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya akses dan distribusi yang merata sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal ini berdampak pada munculnya kesenjangan sosial dalam masyarakat Indonesia, kesenjangan kota dan desa, kesenjangan kaya dan miskin, serta kesenjangan sektor industri dan sektor pertanian.

Selain masalah tersebut, tidak sedikit pengamat hak asasi manusia (HAM) dari dalam dan dari luar negeri yang menilai bahwa pemerintahan Orde Baru telah melakukan tindakan antidemokrasi dan diindikasikan telah melanggar HAM. Amnesty International misalnya dalam laporannya pada tanggal 10 Juli 1991 menyebut Indonesia dan beberapa Negara Timur Tengah, Asia Pasifik, Amerika Latin dan Eropa Timur sebagai pelanggar HAM. Human Development Program (UNDP) juga menempatkan Indonesia pada urutan ke-77 dari 88 pelanggar HAM.

Sekalipun Indonesia menolak laporan kedua lembaga internasional tersebut dengan alasan tidak “fair” dan kriterianya tidak jelas, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam negeri sendiri pemerintah Orde Baru dinilai telah melakukan beberapa tindakan yang berindikasi pelanggaran HAM. Dengan adanya situasi tersebut, keberhasilan pembangunan yang menjadi kebanggan Orde Baru yang berhasil meningkatkan GNP Indonesia ke tingkat US$600 di awal tahun 1980-an, kemudian meningkat lagi sampai US$1.300 perkapita diawal dekade tahun 1990-an serta menobatkan Presiden Soeharto sebagai “Bapak Pembangunan” menjadi seolah tidak bermakna. Hal tersebut karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat tetapi secara fundamental pembangunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah. Faktor tersebut yang selanjutnya menjadi salah satu penyebab terpuruknya perekonomian Indonesia menjelang akhir tahun 1997.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »